Arsitek berkelana jilid 1

Di suatu hari yang indah, saya bertemu dengan seorang nenek yang sepertinya baik hati. Dia melihatku dengan seksama, hem...dari ujung kepala hingga ujung kaki. Aku tahu maksudnya melihat seperti itu. Ya.. ini merupakan hal yang aneh di tempat ini. Suatu tempat yang mungkin jarang melihat sosok manusia sepertiku. Aku berusaha bersikap biasa sambil memberikan senyum lebar dan semanis mungkin (menurutku sendiri). Kaki ini terus saja berjalan melewati sebuah jalan sepi dan berhawa menakutkan ini. Aku meneruskan langkah sambil kulihat peta kusam ini. "emmm....", aku berdehem dalam hati, dimana aku harus menemukannya. "Tempat ini tidak seperti tempat yang berpenghuni", batinku dalam hati.


Namun, ini sudah ditengah jalan dan tidak mungkin aku kembali ke halte bus itu, tidak ada bis tengah malam di tempat seperti ini. "Ya Allah, dimana harus kutemukan tempat itu , hihi..kok serem gini ya...", aku bicara sendiri sambil terus berjalan. Tiba-tiba ada suara "Glodak.....", dari ujung jalan yang aku lalui. Seketika aku terhenti dari langkahku ini. "Duh Dzikir..dzikir nyebut-nyebut, Ya Allah, piye ki (logat jawa keluar), lo hantu mah ditinggal lari juga bisa, tapi lo orang hidup yang rada nyeremin piye jal, duh ..mana gak ada orang lagi". Aku pelan-pelan berjalan maju, melihat sekeliling, toleh kanan, toleh kiri, melihat apakah ada sesuatu yang mendekat. "Blek....mati lampu ...duh...senter...senter..mana", aku panik sambil mencari senter di tas kelanaku ini. Tas kelana menjadi tas paling berguna disaat-saat aku pergi ke tempat seperti ini. "Ah...ketemu juga, ah...nyalalah, alhamdulillah nyala, okey teruskan pencarian", sambil berjalan lagi. Hati ini tidak mengerti mengapa aku harus meng"iya"kan perkataan bos untuk bersedia datang ketempat seperti ini. Sebagai bentuk dari rasa terima kasih karena telah menerimaku sebagai pegawai tetapnya diperusahaan designnya.


Tidak terasa aku hampir berjalan selama 1.5 jam lebih. Peta ini dah mulai tidak terlihat karena lampu senter sudah mulai menunjukkan gelaja kehabisan daya. Seperti lampu senter hari ini sungguh membuat tenagaku terkuras banyak. Aku melewati sebuah perempatan, dan ini satu-satunya perempatan yang kutemui. Dari mulai berjalan di ujung halte bus itu aku hanya menemukan jalan lurus yang panjang. Hanya sebuah dinding besar dengan bahan batu bata yang telah berlumut. Disekitar jalan ini pun hanya suara angin serta bau bangunan lama yang terlihat.

Tiba-tiba disaat tenaga sudah mulai menyusut, tiba-tiba ada sebuah cahaya dari ujung jalan


to be continued

Comments

Popular Posts